Natalius Pigai dalam Pusaran Rasisme

0
1105

Oleh: Paskalis Kossay)*
)*Penulis adalah Politisi Senior dan Intelektual Papua

Beberapa waktu lalu publik Indonesia sempat dihebohkan dengan berita ujaran rasisme dari seorang yang bernama Ambrosius Nababan kepada Natalius Pigai, seorang intelektual asal papua. Kasus tersebut menjadi perhatian publik hingga menimbulkan ketersinggungan emosional warga Papua dan memaksa Ketua KNPI Papua Barat dan jajarannya melaporkan Ambrosius Nababan ke Polda Papua Barat.

Dalam waktu tidak terlalu lama Bareskrim Kepolisian RI meringkus Ambrosius Nababan sebagai tersangka dan ditahan dalam tahanan Polri sampai saat ini.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Selain Ambrosius Nababan masih ada nama lain sebagai pelaku ujaran rasisme kepada korban Natalius Pigai. Sebut saja , adalah Abu Janda yang juga disebut-sebut sebagai pelaku rasisme kepada Natalius Pigai. Abu Janda sempat dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Ketua KNPI Pusat dan pelaku pun sempat dipanggil polisi.

Kasus ini mencuat menjadi perhatian publik, akhirnya berimplikasi luas pada hukum, politik dan integrasi sosial. Dari aspek hukum Polisi sedang menegakkan hukum. Dengan penegakan hukum maka aspek politik dan sosial diharapkan menjadi cooling down serta emosi warga papua pun terkendali menjadi tenang.

ads
Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Namun demikian, pribadi saudara Natalius Pigai sendiri sepertinya tidak menghargai dukungan emosional warga papua dan warga lain yang berusaha keras mendorong kasus rasisme pada dirinya itu menjadi perhatian negara. Begitu terlalu murah saudara Natalius Pigai merespon ajakan pelaku rasisme untuk melakukan deal politik, padahal kasusnya tengah bergulir di ranah hukum.

Ketika melihat prilaku saudara Natalius Pigai seperti itu maka publik bisa menilai kadar kekritisan seorang Natalius Pigai itu sangat lemah. Motifasi kekritisan dia terhadap kebijakan negara selama ini sangat mungkin diragukan. Ada motif politik pragmatisme yang diingini Pigai dalam mengkritisi setiap kebijakan negara selama ini.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Setiap momentum perbincangan saudara Natalius Pigai selalu membanggakan diri kalau dia adalah pemimpin, tokoh pembela HAM, demokrasi, dan peduli pada rakyat kecil. Namun nilai apa yang dimiliki dan dibanggakan Natalius itu dikuburkan sendiri dengan merespon ajakan kompromi oleh pelaku rasis yang justru membunuh karakter pribadinya. Dengan demikian sekaligus pula merontokan kepercayaan publik pada dirinya. (*)

Artikel sebelumnyaFIM-WP Desak Negara Segera Hentikan Invasi Militer ke Tanah Papua
Artikel berikutnyaSudah Saatnya Papua Menghitung Langkah