Aktivis Papua dan RMS Gelar Protes Damai di depan Konsulat RI New York

0
1985

NEW YORK, SUARAPAPUA.com — Sejumlah aktivis Papua dan Republik Maluku Selatan (RMS) kembali menggelar aksi protes damai bersama. Aksi ini bertempat di luar kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), kota New York, Amerika Serikat, Senin (12/4/2021).

Aksi yang menamakan diri West Papua Moluccas Coalition USA ini berlangsung sejak pukul 12 siang waktu setempat. Aksi ini hanya dilakukan oleh tiga orang dan seorang diantaranya adalah pria kulit putih.

Dua aktivis diantaranya mengenakan masker hitam penutup hidung bergambar bendera West Papua ‘Bintang Fajar’ dan bendera ‘Benang Raja’ atau bendera RMS. Mereka juga membentangkan dua bendera berukuran sedang yang menjadi simbol perjuangan gerakan pembebasan nasional bangsa West Papua dan RMS.

Aksi damai yang berlangsung sekitar kurang lebih satu jam itu cukup mendapat perhatian warga AS yang melintas dan pihak Konsulat RI. Aksi terfokus di pelataran depan pintu masuk kantor KJRI yang berlokasi di Jalan 5 East 68th Street, kota New York.

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua

Dalam aksi mereka, para aktivis melakukan orasi secara bergantian dengan menggunakan alat pengeras suara. Yosef Pattiasina, selaku koordinator Moluccas Action Network menjelaskan bahwa aksi ini kembali digelar untuk terus menyuarakan berbagai situasi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia, terutama Maluku dan Papua.

ads

Ia juga meminta perhatian publik AS, media massa, organisasi kemanusiaan dan masyarakat internasional agar tidak menutup mata atas apa yang terjadi.

“Kami datang ke sini untuk meminta Pemerintah Indonesia segera membebaskan tanpa syarat para tahanan politik di Maluku dan Papua yang dipenjara karena menyuarakan aspirasi politik mereka,” tegas Pattiasina saat berorasi menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.

Baca Juga:  Berlakukan Operasi Habema, ULMWP: Militerisme di Papua Barat Bukan Solusi

Menurutnya, saat ini ada sekitar 12 tahanan politik Maluku yang sedang dipenjara dan kemungkinan akan bertambah. Ia juga mendesak Pemerintah Indonesia agar dapat membuka informasi mengenai keberadaam makam atau kuburan tempat jazad Christian Robert Soumokil, presiden kedua RMS yang pernah dibunuh tentara Indonesia pada 12 April 1966 di Ambon, Maluku.

Aksi damai kali ini mendapat dukungan solidaritas Partai Buruh Sosialis atau Socialist Workers Party (SWP) USA yang berpusat di Kota New York. Ini terlihat dari perwakilan mereka yang diutus untuk mengikuti aksi.

Roy Landersen, pria kulit putih asal Australia yang juga aktif sebagai wartawan dan editor koran The Militant, sebuah surat kabar mingguan yang dikelola SWP USA, mengaku senang karena bisa terlibat dalam aksi ini.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

“Saya hadir di sini untuk mewakili partai guna turut memberikan solidaritas bagi perjuangan pembebasan rakyat West Papua dan Moluccas. Saya telah belajar dari sejumlah referensi untuk mengetahui situasi yang sedang terjadi di Indonesia,” jelas Landersen saat berorasi dalam bahasa Inggris.

Dalam pernyataan sikap saat dibacakan, para aktivis juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk memberikan hak penentuan nasib sendiri (self determination) bagi bangsa West Papua dan Maluku yang merupakan bangsa pribumi dari rumpun ras Melanesia.

Aksi damai ini sempat mendapat pengawalan sejumlah personil dari New York Police Department. Dengan memarkir sebuah mobil patroli bertuliskan NYPD, mereka terus mengawal jalannya aksi hingga usai.

Laporan Julian Howay untuk Suara Papua dari New York

 

 

 

 

Artikel sebelumnyaOknum Aparat Pelaku Kekerasan di Tambrauw Segera Diadili
Artikel berikutnyaAgustinus Himan Pimpin RUPMAWI Manado