BeritaSTK Deiyai Minta Uskup Regio Papua Tetapkan 22 Mei Sebagai Hari Misi...

STK Deiyai Minta Uskup Regio Papua Tetapkan 22 Mei Sebagai Hari Misi Katolik

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Perguruan Tinggi Agama Katolik Swasta (PTAKS) Sekolah Tinggi Katolik (STK) “Touye Paapaa” Deiyai, Keuskupan Timika, Papua, merekomendasikan empat poin kepada Keuskupan se-Regio Papua untuk menetapkan tanggal 22 Mei sebagai hari bersejarah misi Katolik di Tanah Papua.

Hal itu mengemuka dalam seminar sehari, Sabtu (22/5/2021), di aula SMP YPPK Wakeitei, Tigi, bertujuan mengenang jasa Pater Cornelis Le Cocq d’Armanville, SJ, misionaris pertama yang membawa masuk Agama Katolik di Tanah Papua pada 22 Mei 1894.

Berikut empat rekomendasi tersebut:

  1. Para Uskup Regio Papua mohon sepakati dan tetapkan Pater Le Cocq d’Armanville, SJ, sebagai perintis karya misi Gereja Katolik di Tanah Papua.
  2. Para Uskup Regio Papua mohon sepakati dan tetapkan bahwa tanggal 22 Mei adalah hari misi Katolik Papua dan mendoakan sesuai upaya perintis karya misi Gereja Katolik di Tanah Papua.
  3. Para Uskup Regio Papua mohon sepakati dan tetapkan Pater Le Cocq d’Armanville, SJ, sebagai nabi Papua dengan mendirikan sebuah patung di Sekru, Fakfak, Papua Barat, dalam wilayah pastoral Keuskupan Manokwari-Sorong.
  4. Para Uskup Regio Papua mohon sepakati dan tetapkan Pater Le Cocq d’Armanville, SJ, sebagai perintis karya misi Gereja Katolik di Tanah Papua ke depan.
Baca Juga:  Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

Alasan utama STK “Touye Paapaa” dari empat rekomendasi yang dibuat, Pater Cornelis Le Cocq d’Armanville, SJ, adalah misionaris pertama yang membawa masuk Agama Katolik di Tanah Papua, pada tanggal 22 Mei 1894 setelah mendarat di Sekru, salah satu kampung terpencil di Fakfak, menggunakan kapal asap dengan cara menumpang dari Kepulauan Seram, tempat ia bertugas.

Sehari setelah tiba, tanggal 23 Mei, Pater Le Cocq langsung memulai karya misinya. Sekru sendiri biasanya disinggahi kapal-kapal dagang sebab di tempat itu terdapat gudang pala. Tempat penimbunan pala ini biasanya orang berkumpul dan di sinilah Pater Le Cocq menyampaikan pengajarannya.

Aktivitas Pater Le Cocq, pagi hari biasa mendaki gunung menjumpai masyarakat dan bila hari sudah petang ia kembali ke tempat penimbunan pala. Dalam kurun waktu 10 hari bekerja di Sekru dan menjalin komunikasi yang baik intens dengan rakyat setempat, ia berhasil permandikan 86 orang.

Kedekatan dengan masyarakat setempat yang makin akrab, Pater Le Cocq diberi tanah cukup luas untuk kepentingan gereja, pastoran dan sekolah. Di sekolah yang dibuka, 10 anak menjadi murid pertamanya dengan seorang guru Protestan dari Ambon bernama Christianus Pelletimu.

Baca Juga:  KPU Tambrauw Resmi Tutup Pleno Tingkat Kabupaten

Jiwa dan semangat misi yang membara mendorong Pater Le Cocq pada tanggal 5 Maret 1896 berlayar lebih jauh ke wilayah timur, ke tempat penduduk yang lebih padat, yakni di daerah Kipia dan Mimika. Di sana ia mewartakan Injil. Banyak orang berhasil dipermandikan.

Pada tanggal 27 Mei 1896, baru dua tahun melayani di Papua pada usianya yang ke 50 tahun, Pater Le Cocq meninggal ditelang oleh ganasnya gelombang air lautan selatan Papua.

“Ini sejarah luar biasa. Seperti rekomendasi yang ada, saya akan sampaikan baik secara lisan maupun tertulis supaya para Uskup se-Regio Papua menjawab. Dan saya sendiri berharap mereka harus sahkan tanggal 22 Mei sebagai hari misi Katolik, supaya tiap tahun umat rayakan,” kata Pater Frans Utii, Pr, Pastor Paroki Mauwa, Dekenat Kamu-Mapia, usai seminar sehari kepada suarapapua.com.

Pater Utii berharap, sejarah tersebut juga harus mulai dikembangkan di setiap paroki yang ada di seluruh Tanah Papua.

“Kita saja baru tahu, apalagi generasi penerus kita. Maka, memang penting sekali sejarah ini harus diceritakan entah dengan cara apa supaya semua umat tahu siapa misionaris pertama yang bawa Agama Katolik pertama injakkan kaki di Tanah Papua. Dan harus Pater Le Cocq ini setiap tahun kita rayakan,” tuturnya.

Baca Juga:  AJI, PWI, AWP dan Advokat Kecam Tindakan Polisi Terhadap Empat Jurnalis di Nabire

Sebagai bagian dari cara menghargai dan menghormati karya luhur Pater Cornelis Le Cocq d’Armanville, STK “Touye Paapaa” Deiyai mengadakan seminar sehari, Sabtu (22/5/2021) di aula SMP YPPK Wakeitei, Tigi.

Seminar bertajuk “Pater Cornelis Le Cocq d’Armanville, SJ: Tantangan dalam karya misi Gereja Katolik pertama di Nieuw Guinea kini Tanah Papua antara 22 Mei 1894 – 27 Mei 1896”, menghadirkan dua pemateri. Yakni Hubertus Takimai dan Titus Pekei.

“Tujuan utama seminar ini untuk membagi ilmu tentang sejarah karya mula-mula misi Gereja Katolik hadir di Tanah Papua,” kata Okto Marko Pekei, ketua STK “Touye Paapaa” Deiyai.

Okto menambahkan, seminar diadakan bertepatan dengan masuknya Agama Katolik pertama kali di Tanah Papua yang dibawa Pater Le Cocq pada 127 tahun yang lalu.

“Untuk memperingatinya, kami bikin lewat seminar ini,” katanya sembari mengakui totalitas misionaris pertama yang mencurahkan seluruh waktu, tenaga hingga mempertaruhkan nyawa hanya untuk membawa terang Injil hingga ke Tanah Papua.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

HRM Melaporkan Terjadi Pengungsian Internal di Paniai

0
Pengungsian internal baru-baru ini dilaporkan dari desa Komopai, Iyobada, Tegougi, Pasir Putih, Keneugi, dan Iteuwo. Para pengungsi mencari perlindungan di kota Madi dan Enarotali. Beberapa pengungsi dilaporkan pergi ke kabupaten tetangga yakni, Dogiyai, Deiyai, dan Nabire.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.