Penolakan Pembangunan Jalan Lingkar Lukmen di Wamena Dinilai Tidak Logis

0
2291

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ustad Ismail Asso, Intelektual Muslim Pegunungan Tengah Papua menilai alasan penolakan terhadap pembangunan jalan lingkar Lukmen di Wamena tidak masuk akal. Dia justru berharap agar jalan pembangunan jalan lingkat Lukmen segera direalisasikan.

“Saya berharap jalan lingkar LUKMEN Jayawi Jaya segera direalisasikan. Karena alasan penolakan opeh mahasiswa Jayawi Jaya sangat tidak masuk akal,” katanya kepada suarapapua.com, Rabu (21/7/2021) menanggapi penolakan mahasiswa Jayawijaya sedunia terhadap pembangunan jalan lingkar Wamena, Papua.

Asso menjelaskan, kalau alasan penolakan segelintir orang (mahasiswa?) karena ruang jalan yang direncanakan akan melewati beberapa tempat keramat, maka itu tidak masuk akal. Karena bisa digeser dari area itu kalau disitu dianggap situs warisan leluhur (keramat).

“Penolakan mahasiswa menurut saya bukan alasan masuk akal tapi memang benar bahwa perlu kearifan lokal bahwa tempat keramat ruas jalan yg akan dilewati bisa digeser dalam pembangunannya karena jalan adalah fasiltas umum dan utama bagi roda perputaran ekonomi suatu daerah,” ungkapnya.

Asso menegaskan, alasan penolakn tidak masuk akal. Kalau tujuannya menghambat pembangunan Pemkab Jayawi Jaya tak perlu hiraukan suara dan aksi mahasiswa seperi itu karena alasan mereka tak rasional tanpa kajian mendalam hanya emosional dipengaruhi okum kepentingan satu dua orang.

ads
Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

“Kalau mau jujur bicara soal adat budaya dan ruang lingkup (situs) budaya sebagai tempat keramat, maka yang harusnya di larang itu agama bukan pembangunan jalan,” ujarnya.

Asso menilai justru yang menggusur eksistensi Adat Budaya Lembah Baliem Jayawi Jaya sebagai pusat budaya Pegunungan Tengah Papua adalah Agama.

“Bukan lain, apalagi jalan. Agama penyebab utama tergerusnya nilai-nilai sacral warisan leluhur (adat budaya Lembah Baliem) yang bernilai tinggi.Alasan penolakan dari mahasiswa itu bagi pribadi saya sama sekali tidak rasional kecuali ada alasan lain,” katanya.

Bahkan, terkait sikap dan pandangannya terkait penilaian terhadap sikap mahasiswa yang menolak pembangunan jalan lingkar Lukmen tersebut dia menyatakan berseia untuk diajak diskusi.

“Saya bersedia kalau diajak diskusi atau debat sekalipun soal ini. Sebab saya sangat heran karena sama sekali tidak percaya kebenaran alasan mereka hanya soal tempat keramat kecuali mereka punya alasan substantive lain tapi kalau soal tempat keramat saya tidak percaya,” kata Asso.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Menurutnya, kalau bicara soal tempat keramat, masing-masing klen punya tempat keramat dan itu bisa minta permisi (bisa bergeser) karena ruas jalan adalah kepentingan umum dan tempat keramat tidak dilewati tapi bisa digeser.

“Hampir semua lokasi dan tanah dipastikan dianggap tempat keramat masing masing klen seluruh suku besar Dani umumnya dan khususnya Orang Lembah Baliem. Tak ada sejengkal tanah pun dianggap tak keramat,” tegas Asso.

Lanjut dia, karena Semua lokasi Tanah dimiliki setiap klen dengan simbol ayakup ugu (simbol gelang pemilik), awako esako palek(simbol persembahannya pada tanda telinga babi). Ini sudah masuk praktek adat budaya sebagai nilai hidup masa lalu masih dihayati masa kini.

“Saya sangsi kalau generasi hari ini lebih setia dan taat pada nilai-nilai warisan tradisi leluhur ketimbang setia dan taat pada agama.Kalau mau konsisten setia pada warisan leluhur yang harus ditolak agama bukan jalan lingkar Lukmen Kota Wamena Kabupaten Jayawi Jaya,” pungkasnya.

Baca Juga:  Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Mendapat Tanggapan Negatif

Sebelumnya, mahasiswa Kabupaten Jayawijaya Seluruh Dunia mengatakan pembangunan jalan lingkar Lukmen yang sedang dibangun di Wamena berpotensi merusak tatanan budaya masyarakat. Selain itu mahasiswa juga mencurigai pembangunan jalan tersebut disiapkan untuk pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua Tengah.

Hal ini disampaikan Albet Kalolik, Ketua Himpunan Mahasiswa Pelajar Jayawijaya Jayapura. Dia mengutarakan, pernyataan bahwa pembangunan jalan lingkar Lukmen di Wamena akan merusak tatanan kehidupan masyarakat dan mencurigainya sebagai upaya perisapan untuk pemekaran DOB Papua Tengah merupakan kesimpulan dari diskusi yang dilakukan secara online.

Diskusi itu, kata di, melibatkan seluruh mahasiswa Jayawijaya di seluruh dunia. Dimana mereka telah menggelar diskusi dengan tema Pandangan Perspektif Mahasiwa Wamena Tentang Pembangunan jalan lingkar di Kota Wamena.

“Semua mahasiswa Wamena menyampaikan pikiran dan tanggapan terkait jalan Lingkar Lukmen dari sisi positif dan negatif. Termasuk melihatnya dari segi politik, sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan. Kesimpulannya adalah pembangunan jalan tersebut akan merusakan tatanan budaya masyarakat setempat,” jelas Albert kepada media ini beberapa hari lalu.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBenny Wenda Minta Sejumlah Negara dan Lembaga Internasional Kirim Vaksin ke Papua
Artikel berikutnyaSiapapun Tak Diizinkan Sentuh Blok B Wabu di Intan Jaya