Ketua PGI: Gereja Memperjuangkan Aspirasi Umat Untuk Sebuah Sistem yang Adil

0
1279
Pdt. Gomar Gultom, Ketua PGI. (Elisa Sekenyap -SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pendeta Gomar Gultom, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyatakan bahwa masalah ekonomi, sosial dan politik agar masuk dalam agenda pastoral gereja. Bagian ini merupakan koreski bagi gereja ditengah kecenderungan gereja yang makin eksklusif, tetapi juga sekaligus koreski bagi masyarakat dan bangsa Indonesia yang begitu mudah melabelkan label yang tidak perlu.

“Misalnya pendeta GKI di Tanah Papua disebut separatis dan sejenisnya, padahal yang ada sebenarnya gereja sedang memperjuangkan aspirasi umat untuk sebuah sistim yang lebih adil, dan untuk sebuah penegakan hak asasi manusia di Tanah Papua,” ujar Pdt. Gomar dalam sambutannya pada peresmian Graha Sara Sinode GKI di Tanah Papua, di Argapura Jayapura, Senin (25/10/2021).

Ia lalu menyatakan bahwa GKI telah hadir selama ini untuk itu dan tentu dengan pembangunan gedung-gedung baru ini akan makin hadir lagi dalam kerangka itu [memperjuangkan ekonomi, sosial dan budaya].

“Saya membayangkan misalnya saja adalah tugas pastoral gereja untuk menyatakan ketika kekayaan alam Papua dikeruk sebegitu rupa dan oleh rupa-rupa pertimbangan, bawa keluar dari Papua, dan diolah di luar Papua. Maka mestinya tidaklah berlebihan kalau gereja juga meneriakan ‘eh tunggu dulu, jangan hanya kekayaan alamnya saja yang dikeruk di bawa untuk di olah di luar Papua, tetapi mestinya masyarakat Papua nya juga diajak untuk ikut mengolahnya’, dan itu tugas kita,” tukas Pdt. Gultom.

Baca Juga:  Nomenklatur KKB Menjadi OPM, TNI Legitimasi Operasi Militer di Papua

Dalam rangka itulah Pdt. Gultom ajak untuk bersama-sama dengan elemen bangsa membangun dan memberdayakan masyarakat Papua untuk siap menuju keadilan perdamaian. Itu semua membutuhkan optimalisasi pelayanan dan pembinaan.

ads

“Maka saya berharap gedung ini [Graha Sara] dalam kerangka semua itu. Seperti apa yang disampaikan [Ketua Sinode GKI di Tanah Papua] bahwa bukan megahnya gedung, tetapi harus memiliki komitmen dalam menggunakan seluruh sarana dan prasarana ini.”

Ia lalu menyebut kisah pemberian nama Graha Sara yang cukup phenomenal yang diawali dari pembaptisan seorang perempuan Papua yang bernama Sara oleh rasul Papua, Ottow dan Geissler di Mansinam.

Baca Juga:  Ruang Panggung HAM Harus Dihidupkan di Wilayah Sorong Raya

Hal itu menandakan bahwa pembangunan gedung ini didasarkan atas kesetiaan injil yang pertama kali mengalami pembaptisan oleh Ottow dan Geissler di Mansinam.

Ruang dalam gedung Serba Guna Graha Sara Sinode GKI di Tanah Papua. (Elisa Sekenyap – SP)

Tetapi juga katanya, pemberian nama ini merupakan simbol keberpihakan GKI terhadap kaum perempuan yang selama ini terpinggirkan ditengah-tengah masyarakat. Bukan saja perempuan, tetapi keberpihakan GKI terhadap semua yang tersingkir dan cenderung dipinggirkan dari tengah-tengah masyarakat.

“Peresmian Graha Sara dan peletakan batu pertama pembangunan Kantor Sinode GKI diselenggarakan di tengah masyarakat dan bangsa Indonesia yang makin kompleks, yang tentu dibutukan sumbangsi pemikiran bagi bangsa ini.”

“Tugas gereja membawa khabar baik yang berarti kemaslahatan bagi orang banyak, maka sangat dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.”

“Oleh sebab itu dengan adanya gedung [Graha Sara] ini dan kantor sinode kelak nanti, tentu menumbuhkan harapan di tengah-tengah masyarakat dan warga jemaat bahwa kehadiran GKI di klasis, baik di pegunungana atau lembah akan semakin diharapkan untuk membuktikan dirinya sebagai saluran berkatkata Jokowi,  peradaban baru, sebagaimana peradaban baru yang dibawa oleh I.S Kijne bagi Papua,” tukasnya.

Baca Juga:  Usut Tuntas Oknum Aparat yang Diduga Aniaya Warga Sipil Papua

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Hal itu ditandadi dengan peletakan batu pertama, Selasa (12/10/2021).

Jokowi mengatakan smelter yang akan dibangun merupakan yang terbesar di dunia. Selama proses pembangunannya juga akan melibatkan banyak tenaga kerja.

Setidaknya kata Jokowi, dalam masa kontruksi pembangunan smelter Freeport akan menyerap 40.000 tenaga kerja.

“Pada masa konstruksi saja akan ada 40.000 tenaga kerja. Artinya lapangan pekerjaan akan terbuka banyak sekali di Kabupaten Gresik dan di Provinsi Jawa Timur. Belum lagi nanti, kalau sudah beroperasi,” ungkap Jokowi sebagaimana dikutib dari kompas.com.

 

Pewarta: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaSebanyak 1.955 Warga Mengungsi ke Gereja Katolik Paroki Bilogai
Artikel berikutnya29 Oktober: Baku Tembak Lagi, Masyarakat Berlarian dan Berlindung ke Gereja di Bilogai