ArtikelTuhan Sedang Menunggu Pengudusan Bangsa Papua: Apa Jawaban Kita?

Tuhan Sedang Menunggu Pengudusan Bangsa Papua: Apa Jawaban Kita?

Oleh: Selpius Bobii)*
)* Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Kemarin dan hari ini realita hidup bangsa Papua tidak berubah. Kemarin ada darah air mata Papua yang menetes, hari ini pun darah air mata terus menetes. Kita sudah berseru-seru keliling dunia meminta pertolongan, tetapi seruan bangsa Papua jatuh ke tong sampah, teriakan bangsa Papua jatuh ke padang sunyi.

Dunia lebih mementingkan kepentingan ekonomi, ketimbang keselamatan manusia Papua, sehingga dunia meningkatkan kerja sama dengan Indonesia. Dunia butuh segala kekayaan alam di Tanah Papua, tetapi dunia tidak membutuhkan manusia Papua, sehingga demi emas Papua, etnis Papua dibasmi.

Dunia angkat masalah Papua bukan untuk penyelesaian, tetapi menggertak Jakarta untuk kepentingan pribadi dan meningkatkan kerja sama antar negara. Perwakilan bangsa Papua sudah keliling dunia mencari pertolongan, tetapi yang didapat adalah sebuah janji yang tak berarti. Lembaga PBB pun menjadi mitra NKRI untuk menjajah bangsa Papua.

Seruan bangsa Papua diabaikan dunia, rintihan bangsa Papua jatuh ke ruang hampa. Bangsa-bangsa lain semakin berlomba-lomba mencapai ke bulan, sementara bangsa Papua merayap di bumi mencari pertolongan.

Di tengah kabut kegelapan, ada seberkas sinar memancar dari ufuk Timur. Seberkas sinar yang memberi harapan bagi bangsa Papua. Terdengar suara di tengah seberkas sinar itu, Sang Khalik (Allah) berfirman: “Sudah cukup darah air mata menetes di Tanah Papua. Aku akan memisahkan Indonesia dan Papua dengan jalan damai: Indonesia ke tanah airnya dan Papua ke tanah airnya. Indonesia memang jahat, tetapi ingatlah bahwa ada orang Papua tertentu juga jahat. Aku tidak akan menumpahkan darah lagi di atas Tanah ini. Orang Indonesia juga ciptaan-Ku.”

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Lanjut-Nya lagi, “Warga pendatang di tanah ini sedang gemetar ketakutan, karena mereka tahu bahwa Papua akan segera merdeka. Mereka gemetar ketakutan, karena ketika Papua merdeka, mereka akan pulang ke tanah airnya, tetapi di sana mereka tidak ada rumah untuk mereka huni, dan di sana tidak ada tanah untuk berkebun.”

“Aku tidak akan membiarkan warga pendatang gemetar ketakutan, seperti sebatang ranting di tengah derasnya sungai yang digoyangkan ke sana kemari. Mereka juga ciptaan-Ku. Maka itu, Aku akan siapkan tempat bagi mereka,” demikian Sabda Allah pada tanggal 13 Mei 2021 jam 12 siang.

Di atas ini adalah Sabda Allah yang berbicara langsung kepada kami menjelang puncak doa puasa 40 hari 40 malam 13 Mei 2021.

JDRP2 pernah mengeluarkan seruan doa puasa dari tanggal 4 April sampai 14 Mei 2021. Tetapi tidak semua bangsa Papua mengambil doa puasa, hanya sedikit orang Papua yang mengambil doa puasa kala itu.

Karena itu, pada hari Minggu 8 Agustus 2021 utusan dari Tuhan sampaikan bahwa, “bangsa Papua dari Misool Sorong sampai Samarai PNG harus doa puasa massal”. Disampaikan juga bahwa doa puasa kali ini harus dibicarakan dan disepakati bersama dengan PNG, lalu disiapkan dengan baik. Kemudian adakan doa puasa massal untuk pemulihan bangsa Papua.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Dalam bulan September 2021, Yesus memberitahu kepada saya bahwa kemerdekaan bangsa Papua tidak akan dikasih dengan cuma-cuma, bangsa Papua harus bayar harga melalui doa puasa massal selama 40 hari 40 malam. Yesus sampaikan bahwa Ia sendiri pernah melakukan doa puasa 40 hari 40 malam di Padang Gurun sebelum memulai karya yang diembankan Allah kepada-Nya. Karena itu, Yesus meminta kepada bangsa Papua harus bayar harga melalui doa puasa 40 hari 40 malam untuk pemulihan bangsa Papua indah pada waktu-Nya.

Pada tanggal 28 September 2021, kami mendapat perintah dari Tuhan untuk jalankan sirene keliling Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Sirene ini sebagai peringatan kepada bangsa Papua bahwa etnis Papua sedang musnah, maka bangsa Papua segera bersiap diri untuk melakukan tindakan penyelamatan dengan jalan memulihkan diri: Bertobat, berdamai, dan bersatu di dalam kehendak-Nya menuju pemulihan bangsa Papua indah pada waktu-Nya. Sirene ini juga mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa kekuasaan NKRI di Tanah Papua akan segera diakhiri oleh Tuhan Allah.

Doa Puasa Massal 40 hari 40 malam serentak Papua Barat dan PNG adalah jalan menuju pemulihan bangsa Papua. Di Vanimo PNG juga JDRP2 sudah dibentuk pada Kamis 6 Januari 2022 dan di sebelah juga sedang kampanye doa puasa Misool Sorong sampai Samarai PNG.

Baca Juga:  Hak Politik Bangsa Papua Dihancurkan Sistem Kolonial

JDRP2 sudah meluncurkan Panduan Doa Puasa Massal pada hari Senin 4 April 2022 di Aula Asrama Tunas Harapan, Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura. Dan agenda doa puasa massal ini sudah menjadi komitmen bersama dalam acara seminar dan KKR Pemulihan Tanah Papua yang difasilitasi oleh Aliansi Woman Papua Group Ester bekerja sama dengan JDRP2 pada tanggal 31 Mei 2022. Komitmen ini ditandatangani oleh perwakilan para pemimpin Agama dan umat jemaat di Tanah Papua dengan topik sentral “Bangsa Papua siap lahir di dalam Tuhan”, dengan tema: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Matius 17:21).

Mari kita bersatu mengawal dan menyukseskan agenda doa puasa massal dari tanggal 21 Juni 2022 jam 12 siang sampai 31 Juli 2022 jam 12 siang. Panduan atau ketentuan doa puasa massal yang telah dikeluarkan oleh JDRP2 itu mohon dibagikan kepada sesama Papua dan simpatisan. Terima kasih.

  • Bagi Tuhan tak ada yang mustahil.
  • Jika Allah di pihak kita, siapa yang akan melawan kita?.
  • Barang siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!. (*)

Jayapura, 8 Juni 2022

Terkini

Populer Minggu Ini:

Aparat Hadang dan Represi Aksi Demo Damai Mahasiswa Papua di Bali

0
“Kondisi hari ini, rakyat Papua menghadapi situasi represif, intimidasi serta pembunuhan yang sistematis dan terstruktur oleh negara pasca otonomi khsusus diberlakukan tahun 2001. Akibatnya, konflik berkepanjangan terus terjadi yang membuat aparat TNI/Porli menuduh warga sipil dengan sembarangan,” tutunya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.