BeritaMahasiswa Papua di Sorong Dinilai Rendah Minat Literasi Baca-Tulis

Mahasiswa Papua di Sorong Dinilai Rendah Minat Literasi Baca-Tulis

SORONG, SUARAPAPUA.com — Upaya mahasiswa memotivasi diri dengan berbagai hal positif belum begitu terlihat, khususnya di kota Sorong, Papua Barat. Mahasiswa Papua bahkan tak banyak berminat dengan literasi baca-tulis.

Adalah Eskop Wisabla, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS), yang mengaku khawatir dengan rendahnya minat baca tulis di kalangan generasi muda, terutama mahasiswa.

Sebagian mahasiswa Papua yang sedang kuliah di Sorong menurutnya rata-rata sangat rendah minat membaca dan menulis.

Ia menilai hal ini sangat riskan terhadap masa depan sumber daya manusia (SDM). Bagaimana mau berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang di kemudian hari jika kecenderungan begini terus berlanjut.

Wisabla akui rendahnya minat baca tulis lantaran belum ada motivasi diri untuk berusaha memperkaya diri dengan berbagai hal positif selama ada di bangku perkuliahan.

“Niat baca terlalu rendah. Saya lihat di kalangan mahasiswa, jangankan kegiatan baca dan tulis, untuk diskusi saja sangat jarang ada. Seharusnya ini bagian penting dari aktivitas mahasiswa,” katanya saat dijumpai suarapapua.com di toko Elin, kota Sorong, Rabu (4/1/2023).

Baca Juga:  Tanah Papua dalam Bayang-bayang ‘Creeping Genocide’

Putra asli kampung Wirsa, distrik Benawa, kabupaten Yalimo, itu mengatakan, dalam setiap komunitas, misalnya di asrama mahasiswa, berbagai aktivitas baik mesti dihidupkan. Entah diskusi dengan apapun topiknya, atau kegiatan membaca buku, jika terus menerus dilakukan akan bermanfaat di kemudian hari.

“Diskusi sangat minim, malah jarang juga. Buku ada, tetapi yang saya lihat kita mahasiswa tidak punya niat untuk belajar membaca dan menulis. Kita jadikan buku seperti sahabat. Kita jatuh cinta dengan buku. Itu akan membuat kita suka membaca dan mudah pahami isi buku. Membaca adalah kebutuhan, bukan hanya hobby saja. Anak Papua harus belajar membaca dan membaca, sehingga yang tidak punya niat membaca bisa suka membaca juga. Harus mencoba dan harus bisa. Harus berusaha supaya bisa,” tuturnya.

Kegiatan membaca dan menulis seharusnya dijadikan sebagai cara membebaskan diri dari penjajahan di berbagai dimensi. Menurutnya, hanya dengan membaca buku ataupun informasi positif lainnya akan mendorong mahasiswa Papua untuk menjadi generasi terpelajar yang mempunyai kemampuan membaca kondisi sosial di sekitarnya di seluruh Papua.

Baca Juga:  Konservasi Hutan Tambrauw Diantara Perlindungan dan Penghambat Pembangunan

“Saya melihat situasi Papua sekarang salah satu jalan adalah pendidikan. Bagaimana kita mau menentang orang-orang terpelajar, solusinya kita juga harus terpelajar. Kita harus terpelajar baru bisa lakukan sesuatu. Tidak bisa kita mau menentang dengan cara-cara yang tidak terpelajar,” tegasnya.

Karena itu, ia yakini, hanya melalui pendidikan, bangsa yang dijajah bisa bebas pada saatnya.

“Pendidikan adalah jalan utama. Pendidikan adalah jembatan yang bisa selamatkan bangsa. Sampai hari ini kita ada dalam genggaman kolonialisme dan kapitalisme, maka salah satu jalan yang harus kita lewati adalah perbanyak pendidikan membaca dan menulis,” ujar Wisabla.

Situasi hampir sama digumuli Yohanes Kossay, salah satu anak muda Papua yang fokus dengan dunia baca tulis dan mendorong hadirnya rumah baca Hano Wene di Km 10, kota Sorong.

Baca Juga:  Masyarakat Adat Papua Selatan Serahkan Aspirasi Penolakan PSN Kepada Komisi II DPD RI

Kossay melihat mahasiswa Papua sangat minim dalam aktivitas membaca dan menulis. Buktinya, rumah baca yang ia buka tidak hanya menyediakan bacaan untuk anak-anak, tetapi buku untuk orang dewasa juga. Masalahnya, tak ada pengunjung sejak dibuka hingga awal tahun 2023.

“Rumah baca saya buka sejak Februari 2022 sampai sekarang, tidak ada mahasiswa satu pun yang sekedar datang lihat-lihat atau baca buku. Sepertinya minat baca tulis sangat rendah. Di sini tidak hanya buku anak-anak yang kami sediakan, ada juga buku untuk orang dewasa,” jelasnya.

Yohanes mencermati fenomena yang satu ini tak selayaknya bagi generasi muda, apalagi berstatus mahasiswa.

“Saya kira hal yang menghambat adalah pengaruh pergaulan di lingkungan dan cenderung tiap hari fokus di handphone. Tambah lagi Miras, maunya yang enak-enak sesaat. Lebih banyak waktu dihabiskan dengan hal-hal tidak berguna.”

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.