Tema Tentang Tanah Mewarnai Muspas VI Dekenat Tigi dan Paniai

0
136

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Dekenat Tigi dan Dekenat Paniai Keuskupan Timika gelar pesta Musyawarah Pastoral (Muspas) Mee ke-VI di Paroki Kristus Kebangkitan Kita (K3) Damabaga Dekenat Tigi, Deiyai, Selasa (18/2/2020).

Kegiatan ini merupakan yang keenam dari lima kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan di tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan ini sendiri biasanya diadakan setiap dua tahun sekali dan tahun 2020 di Paroki K3 Damabagata, Tigi Timur.

Kegiatan yang digelar dari tanggal 18 hingga 24 Februari 2020 ini dibuka dengan ibadah bersama yang dipimpin Pastor Damianus Adii, Dekan Dekenat Tigi, dan resmi dibuka oleh Pastor Marthen Kuayo, Administrator Diosesan Keuskupan Timika bersama Bupati Deiyai, Aten Edowai dengan cara menarik busur anak panah.

Pastor Damianus Adii dalam sambutannya mengatakan, kegiatan Muspas ke-VI mengangkat tema ‘kembali ke tanah kudusku’ dengan maksud untuk mengajak orang Mee agar jaga, rawat, pelihara, lindungi dan kelola tanah yang Tuhan telah berikan dengan sungguh-sungguh dari tangan pencuri yang kerap merusak tanah.

“Tanah punya dua arti, bersih dan kekal. Bersih artinya karena Tuhan ciptakan tanah untuk hidupi semua ciptaan-Nya yang hidup di atas tanah. Sedangkan kekal artinya karena tanah tidak akan pernah mati atau binasa, sehingga wajib bagi kita untuk menjaga dan kelola tanah,” jelas Pastor Adii.

ads
Baca Juga:  Kronologis Tertembaknya Dua Anak Oleh Peluru Aparat di Sugapa, Intan Jaya

Baca Juga: Ikut Muspas V, Ribuan Orang “Banjiri” Paroki Madi

Menurutnya, karena yang menjaga tanah (yang merupakan mama yang memberi makan tiap saat dan waktu) akan selalu diberkati Tuhan. “Sebaliknya yang merusak akan dikutuk dan binasa.”

Pastor Marthen Kuayo lebih merinci soal tanah yang diangkat dalam sebuah tema perayaan ini. Dimana agar bisa memetakan tanah, khususnya di wilayah adat Meepago sesuai silsilah orang Mee yang sudah ada sejak dulu.

“Tema tentang tanah ini kami angkat karena status tanah di Meeuwodide ini tidak jelas, baik antar marga, golongan dan antar suku keluarga kita di kabupaten lain seperti suku Kamoro di Kabupaten Mimika yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deiyai dan suku Moni di Kabupaten Intan Jaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Paniai,” terang Kuayo.

Baca Juga: Dua Imam Baru dari Paroki Terkecil dan Tertua di Keuskupan Timika

Baca Juga:  Empat Jurnalis di Nabire Dihadang Hingga Dikeroyok Polisi Saat Liput Aksi Demo

Selain itu, katanya, tema tentang tanah ini juga lebih menjurus pada hak kepemilikan atas tanah jelas, yang mana termasuk tanah adat, tanah pemerintah dan tanah lindung.

“Ini dilakukan dengan maksud agar kedepan anak cucu kita tidak bingung dan tahu mana yang menjadi tanah milik mereka dan bukan. Lebih dari itu supaya semua bisa saling hargai menghargai dan menghormati atas hak tanahnya masing-masing,” ujarnya.

Dengan demikian, pihaknya berharap kepada Pemerintah Deiyai, Paniai dan Dogiyai kedepan bisa buat Perda tentang tanah.

“Ini supaya legalitas hukum hak atas tanah kuat. Nanti kami kasih gambar pemetaan tanah yang akan kami buat dalam bentuk peta, supaya bisa diteruskan dalam pembuatan Perda.”

Baca Juga: Uskup Timika, Uskup yang Sedang Dinantikan

Aten Edowai, Bupati Deiyai mengapresiasi pihak Gereja Katolik yang rutin menggelar kegiatan tersebut.

Menurutnya, hal ini baik sebagai ajang menumbuhkan semangat kerohanian dan rasa persatuan antar keluarga. Muspas juga merupakan wadah tepat dalam berpikir, berbicara dan berpendapat antara pemerintah, agama, dan masyarakat.

Baca Juga:  Tak Patuhi Aturan, 38 Anggota PPD di Intan Jaya Diberhentikan Sementara

“Maka saya sangat mendukung kegiatan ini. Untuk itu, saya minta Kamtibmas selama kegiatan harus dijaga dan saya harap kegiatan ini dapat terus digelar,” ujar Edowai dalam sambutannya.

Sementara, Albertus Adii, ketua panitia Muspas VI menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran kegiatan, baik secara moril maupun materil.

Dalam acara ini, pesertanya adalah perwakilan umat yang diutus dari 12 Paroki, yakni delapan Paroki dari Dekenat Paniai dan empat dari Dekenat Tigi.

Hadir dalam acara tersebut, Forkopimda Kabupaten Deiyai, Paniai dan Dogiyai, serta Bupati Nabire, Isaias Douw.

Baca Juga: Selamat Jalan Sang Filsuf Mee

Untuk diketahui, Muspas pertama digelar pada 2010 di Enarotali, dengan tema tentang Owadaa. Kedua, di Wagete tahun 2012, angkat tema tentang Emawaa. Ketiga, di Obano tahun 2014, angkat tema tentang Ekonomi. Keempat di Diyai tahun 2016 angkat tema tentang Pendidikan. Kelima di Madi tahun 2018 dengan tema Kesehatan, dan keenam saat ini di Damabaga dengan tema tentang Tanah.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaPake Maki Diri
Artikel berikutnyaTiga Anak Muda Papua Dinobatkan Sebagai Pengusaha Muda Terbaik