Militer Indonesia Telah Tembak Mati Tiga Pendeta antara 2004-2020

0
2245
Ilustrasi TNI Polri (Tirto.Id)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pdt. Dr. Socratez Sofyan Yoman, Presiden Gereja Baptis Papua mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 2004 – 2020 aparat [TNI] militer Indonesia telah menembak mati tiga Pendeta di Tanah Papua.

Yoman membeberkan, ketiga pendeta tersebut adalah  Pdt. Yeremia Zanambani, Pdt. Geyimin Nirigi dan Pdt. Elisa Tabuni.

Pertama, Pdt.  Elisa Tabuni tewas ditembak TNI di Tingginambut, Puncak Jaya pada 16 Agustus 2004. Kedua, Pdt. Geyimi Girigi tewas setelah ditembak TNI pada 19 Desember 2018 di distrik Mapenduma, Nduga, Papua. Ketiga, Pdt. Yeremia Zanambani ditembak mati TNI pada 19 September 2020 di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Yang terbaru, lanjut Yoman, adalah Zanambani di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang ditembak mati oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada Sabtu, 19 September 2020.

“Pendeta Yeremia tewas ditembak Pasukan TNI dalam operasi militer pada saat Pendeta Yeremia ke kandang babi miliknya untuk memberi makanan,” jelasnya kepada media ini pada akhir pekan kemarin di Kota Jayapura.

ads

Yoman menjelaskan, Pendeta Yeremia adalah Ketua Sekolah Teologia Atas (STA) di Hitadipa dan gembala jemaat Imanuel Hitadipa dari Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Daerah Hitadipa wilayah Papua 3, Penerjemah Alkitab bahasa Moni dan tokoh gereja serta pemuka masyarakat suku Moni.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

“Akibat dari operasi militer, ada 7-8 gereja dikosongkan dan anggota jemaat menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke hutan-hutan,” ucapnya.

Menurutnya, kekejaman dan kejahatan TNI ini bagian yang tak terpisahkan perintah operasi militer dari Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo di Nduga, Papua sejak Desember 2018 yang menyebabkan pelanggaran berat HAM besar-besaran dilakukan TNI di Papua.

Yoman juga membeberkan, Pendeta Geyimin Nirigi tewas ditembak oleh pasukan elit TNI tanggal 19 Desember 2018 di Distrik Mapenduma, Nduga. Korban disuruh menggali tanah di belakang halaman rumah dan kemudian ditembak mati dan disiram dengan minyak tanah di tubuhnya dan dibakar dengan api.

Saat itu, kata dia, Kapendam XVII Cenderawasih, Mohamad Aidi menyebarkan hoax bahwa pendeta Geyimin Nigiri masih hidup dan sehat-sehat. Tetapi, hasil investigasi Yayasan Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Manusia Papua dipimpin langsung Direktur Theo Hesegem pada 25-27 Desember 2018 membuktikan, Pdt. Giyimin Nigiri (80/L) benar tewas di tangan pasukan elit TNI.

Baca Juga:  HRM Rilis Laporan Tahunan 2023 Tentang HAM dan Konflik di Tanah Papua

Kejahatan dan pelanggaran berat HAM lain yang dilakukan TNI menewaskan Pendeta Elisa Tabuni di Tingginambut, Puncak Jaya pada 16 Agustus 2004. Sebelumnya Pendeta Elisa Tabuni ditangkap, diborgol tangannya dan tewas ditembak oleh pasukan Kopassus dibawah pimpinan Dansatgas BAN-II/Koppasus, Letkol Inf.Yogi Gunawan.

Kekejaman, kekerasan dan kebiadaban TNI yang merendahkan martabat kemanusiaan sebagai tindakan yang tidak manusiawi dan tidak beradab terhadap para pendeta dan gembala umat, pantas dikutuk dan dikecam karena perilaku TNI sangat terkutuk di hadapan TUHAN dan manusia.

Melihat realitas yang kejam dan brutal ini, Prof. Dr. Franz Magnis menegaskan:

“Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia…..“Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia.” (hal.255).

Baca Juga:  Dewan Pers Membentuk Tim Seleksi Komite Perpres Publisher Rights

“Kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam.” (hal.257). (Sumber: Franz: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015).

Sementara Pastor Frans Lieshout melihat bahwa “Papua tetaplah luka bernanah di Indonesia.” (Sumber: Pastor Frans Lieshout OFM: Gembala dan Guru Bagi Papua, (2020:601).

Pdt. Dr. Yoman meremomendasikan:

  1. Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo segera menghentikan operasi militer di Papua dan juga segera menarik seluruh pasukan TNI Non Organik dari Sorong-Merauke.
  2. Mendesak Dewan Gereja Papua (WPCC) segera menyurat kepada Konferensi Dewan Pasifik (PCC) untuk mendesak Anggota Negara-Negara Kepulauan Pasifik untuk mengangkat tentang tewasnya tiga pendeta di Papua dalam forum PBB.
  3. Mendesak Dewan Gereja Papua (WPCC) mengirim surat kepada Dewan Gereja Dunia (WCC) untuk mengangkat persoalan tewasnya tiga pendeta Papua kepada forum PBB.

 

Pewarta: Yance Agapa

Editor: Arnold Belau

 

Artikel sebelumnyaTPNPB Mengaku Telah Melakukan Penembakan di Bandara Sokopaki Intan Jaya
Artikel berikutnyaAksi Tolak Otsus Jilid II di Makassar Diwarnai Represifitas Ormas