Media Nasional Turut Menjadi Aktor Rasisme dan Perparah Stigma pada Orang Papua

0
1691

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Veronica Koman, Aktivis dan Pengacara HAM yang sedang bermukim di Australia mengatakan media nasional di Indonesia turut menjadi aktor rasisme dan memperparah stigma terhadap orang Papua.

“Suara korban kekerasan dan keluarganya, siapa pun itu, perlu didengar di negeri ini (Indonesia). Kalau media nasional hanya gencar ketika non papua yang menjadi korban kekerasan di Papua, maka media turut menjadi aktor rasisme dan memperparah stigma terhadap orang papua,” kata Koman.

Kritik Koman terhadap media di Indonesia tersebut ia unggah dalam tiga cuitan di akun twitternya, Kamis (15/4/2021).

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Menurutnya, pemberitaan media nasional soal papua yang berkaitan dengan kekerasan yang melibatkan militer Indonesia dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) tidak adil.
Koman melihat ada perbedaan ketika korbannya adalah orang asli papua dan orang non papua.

ads

Dalam pemberitaan tentang penembakan terhadap dua guru yang ditembak di Beoga dan seorang tukang ojek yang ditembak di Ilaga Kabupaten Puncak Papua, menurut hemat Koman, media nasional terbukti mampu mewawancari keluarga korban kekerasan di Papua. Bila mau.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

“Tolong seperti itu juga ketika Orang Papua yang jadi korban, wawancarai keluarganya,” katanya.

Di cuitan ketiganya, dia mengungkapkan, dalam beberapa hari terakhir, Koman berfikir mengapa orang-orang heboh ketika yang menjadi korban kekerasan adalah warga non Papua, padahal tiap minggu ada orang Papua yang disiksa/dibunuh tapi hening.

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua

Ternyata, sambung Koman, karena pemberitaan media nasional yang tidak adil!

“Orang2 ya taunya emang cuma itu!,” tulisnya.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKekerasan Sipil Mulai Meningkat di Papua
Artikel berikutnyaPersepsi Anak-anak Papua Non-Islam tentang Bulan Puasa