Harapan dan Tantangan Pembangunan di Dogiyai: Terobos Wilayah, Buka Isolasi (Bagian 5/Selesai)

0
2717

Oleh: Frans Tekege)*

ISOLASI wilayah merupakan masalah rumit di kawasan pegunungan tengah lantaran topografi yang berat untuk dijamah karena sebagian besar terdiri dari bukit dan gunung. Topografi wilayah Kabupaten Dogiyai, terbagi atas wilayah lembah yang dikitari oleh lima distrik dan lima distrik lainnya berada di tengah gunung.

Dari lima distrik di wilayah lembah, sebagian dari distrik Distrik Dogiyai dan Kamuu Utara dan Distrik Kamuu Selatan, belum ada jalan darat. Sementara di wilayah Mapia, Distrik Mapia Barat, Piyaiye, dan Sukikai Selatan. Daya jangkau dari Moanemani sebagai pusat kota di Dogiyai, hingga saat ini, Distrik Piyaiye dan Sukikai Selatan hanya bisa lewat udara.

Apalagi ke Sukikai Selatan, jika tidak ada subsidi dari pemerintah untuk melayani Dogiyai, ke Sukikai Selatan hanya bisa lewat Nabire. Ke Sukikai Selatan, bagaikan perjalanan ke luar daerah karena harus lewat Kabupaten Nabire.

Selama periode pertama, Pemerintah Dogiyai, telah berupaya membuka wilayah dan menerobos isolasi dengan membuka jalan darat dan melaksanakan kerjasama, subsidi dengan maskapai penerbangan untuk melayani beberapa distrik yang tidak terjangkau lewat darat, dari Moanemani ke distrik dan sebaliknya.

ads
Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pembukaan isolasi lewat darat, terkesan pembukaan akses jalan ke arah Mapia, sudah menampakkan hasilnya. Karena, jalan darat Bomomani ke Piyaiye lewat Mapia Tengah, sudah sampai di Kampung Yegoukotu yang bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat ketika kali Mapia surut.

Dan, untuk jalan kasar, jalan darat di wilayah Mapia sudah tembus kampung Adauwo di bagian Utara dan Atou di bagian selatan dan di kampung Abouyaga jalur tengah. Sementara di wilayah lembah, hingga kini jalan darat belum tembus ke Pouwouda, Distrik Kamuu Selatan, baik dari Ugapuga, Distrik Kamuu Timur maupun lewat Distrik Dogiyai. Cita-cita untuk jalan keliling Lembah Kamuu belum tuntas.

Belum tuntasnya jalan darat keliling Lembah Kamuu, sebagian masyarakat menilai, anggota legislatif dari lima distrik sekitar Lembah Kamuu, kurang gigih memperjuangkan jalan darat untuk membuka isolasi daerah di wilayah lembah dibanding anggota anggota legislatif dari kawasan Mapia yang terus ngotot untuk jalan darat.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Pembukaan wilayah dan terobos isolasi di wilayah Mapia akan lebih bermanfaat sesuai harapan pemerintah ketika jembatan Kali Mapia di Distrik Mapia Tengah, kali Teu di Distrik Mapia dan kali Pogi di Distrik Mapia Barat sudah tersambung dengan jembatan permanen agar aktifitas ekonomi masyarakat dari tiga distrik berkembang dan memperpendek daya jelajah.

Selain tiga jembatan di wilayah Mapia, sambil meneruskan pembukaan isolasi di wilayah Mapia, pemerintah daerah diharapkan menyambung Distrik Kamuu Selatan lewat Ugapuga dan Dogiyai. Karena potensi penduduk yang terbanyak ada di Distrik Kamuu Selatan.

Tidak cukup hanya membuka jalan sepanjang-panjangnya ketika tidak ada upaya pengerasan dan pengaspalan secara bertahap agar pada saatnya jalan keliling Kamuu dan Mapia sudah beraspal, sehingga pemerintah daerah menetapkan biaya angkutan lokal, baik itu kendaraan roda empat dan roda dua.

Sementara, untuk menunjang arus komunikasi antar distrik ke ibukota kabupaten, setidaknya pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk mengusahakan angkutan umum. Karena, selama ini masyarakat mengandalkan jasa ojek.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Disamping kendala-kendala yang disebutkan di 10 distrik, dua distrik baru yang dimekarkan memiliki tantangan tersendiri. Masyarakat di cikal bakal Distrik Siriwo, sekalipun berada di jalan Trans Papua, sangat sulit untuk mendapat jasa angkutan ke Moanemani. Sebab, setiap kendaraan dari Nabire tidak mengangkut masyarakat karena memang sudah full dari Nabire. Oleh karena itu, mereka mengandalkan jasa ojek untuk menjual hasil kebun mereka.

Sementara di wilayah cikal bakal Distrik Pona, tantangannya tidak sedikit. Makanya, pemekaran Distrik Pona ibarat “babat rumput” sebelum pemerintah distrik terbentuk. Ini belum termasuk kesulitan jalan darat menuju Pona. Karena itu, untuk menjangkau Pona, jalan dari Dogiyai menjadi alternatif sebagai pembuka dan terobosan isolasi wilayah Pona. ***

Baca Bagian 4: Selesaikan Tapal Batas antar Kabupaten

Baca Bagian 3: Menggali Potensi yang Terbengkalai

Baca Bagian 2: Penataan Tata Ruang Wilayah Perlu Dipertegas

Baca Bagian 1: Bupati Keluar Daerah, Pejabat Libur

 

)* Penulis adalah Jurnalis, tinggal di Nabire.

Artikel sebelumnyaSoroti Pemulangan Jurnalis BBC, Kodam XVII Bantah AJI
Artikel berikutnyaUskup Timika “Berang” Mama Emakeparo Ditembak Aparat, Ini Kronologinya