Kemenag Bikin Program ‘Kita Cinta Papua’, ULMWP: Itu Lagu Lama!

0
1679

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com —  United Liberation Movement for West Papua merespon program kementrian Agama “kita cinta Papua” dalam rangka membangun jembatan setiakawan dari Aceh hingga Papua.

“Membangun Jembatan dari Aceh-Papua, muncul pertanyaan apa bedanya dengan lagu lama “Dari Sabang-Merauke?” tanya Markus Haluk, Direktur ULMWP Dalam Negeri sebagai reponsnya terhadap program kementerian Agama dengan menterinya.

Kementerian Agama (Kemenag) mengatakan inti program ini adalah memajukan pendidikan dan keagamaan di Papua, baik melalui lembaga pendidikan maupun rumah ibadah.

“Kita ingin membangun ‘jembatan kesetiakawanan’ dari Aceh hingga Papua. Jembatan ini dibangun dengan mengintensifkan dialog tokoh agama lintas kawasan,” kata Menteri Agama Fachrul Razi kepada media di Jakarta dalam siaran persnya, Senin (13/07).

Haluk bilang, program ini dikeluarkan karena Otsus yang menjadi Jembatan Emas Aceh-Papua sudah putus. Kini, Otsus bukan lagi jembatan Mempertahankan Papua di negara Kesatuan Republic Indonesia.

ads
Baca Juga:  Jokowi Didesak Pecat Aparat TNI yang Melakukan Penganiayaan Terhadap Warga Papua

Menurut Haluk, Menag muncul sebagai palumar untuk lagu lama “dari sabang sampai Merauke” tetapi bait pengantar lagunya diganti menjadi “Kita Cinta Papua. Membangun Jembatan Setiakawan Aceh Papua.”

“Berarti selama ini mereka tidak cinta Papua dan setelah 53 tahun barulah sadar untuk mencintai Papua? Sudah Lagu Lama dan Basih,” tegas Haluk.

Haluk juga bilang, karena ini satu kesadaran baru yang semu, rakyat kristiani di Papua tidak terjebak dengan cinta semu ini. Fokus ke depan, arahkan Doa dan Kerja kepada tujuan Jembatan Emas, Otsus sudah Mati dan terputus.

“Kita fokus memperjuangkan untuk mewujudkan Hak Penentuan Nasib Sendiri bagi Bangsa Papua,”tegasnya.

Penentuan nasib sendiri suatu keharusan karena fakta membuktikan 2 juta rakyat Kristiani (K. Protestan maupun Katolik) Melanesia di West Papua, selama 57 tahun, sudah di pingir jalan. Ada yang jatuh di semak belukar, sebentar lagi akan menjadi arang dan debu dengan proyek Islamisasi berkedok NKRI harga mati.

Baca Juga:  Sidang Dugaan Korupsi Gereja Kingmi Mile 32 Timika Berlanjut, Nasib EO?

“Eksekutor proyeknya adalah TNI/POLRI,” ungkapnya.

Kata dia lagi, selama 57 tahun Pula, rakyat Bangsa Papua menjadi korban kebijakan politik sentimen diskriminasi rasial, marjinal secara sistematis dan masif di berbagai lini kehidupan.

“Selama 57 tahun engkau hadir di West Papua berbulu Domba memakai kata dan atas nama: “CINTA KASIH, SYALOM, KRISTIANI, KATOLIK, YESUS KRISTUS?,” tegasnya.

Haluk kritisi kata-kata itu, memang Benarkah mereka serius dengan apa yang mereka katakan? Ataukah, ungkapan itu hanya rayuan penjahat untuk memuluskan kejahatannya?

Kata dia, fakta membuktikan itu, pada saat yang sama, atas nama Kristus, Pemerintah Kolonial melakukan kejahatan kemanusiaan. Kepala Pemerintah mengirim Jendral TNI/POLRI ke West Papua untuk membunuh saudara se-Iman.

“Mulai dari Mayjen Sarwo Edhie sebagai Panglima Kodam XVII Cenderawasih untuk memenangkan PEPERA 1969,”ungkapnya.

Baca Juga:  Hilangnya Hak Politik OAP Pada Pileg 2024 Disoroti Sejumlah Tokoh Papua

Atas dasar fakta itu, dirinya mengajak seluruh rakyat kristini refleksikan penderitaan Umat Kristiani di West Papua dibawah pendudukan Indonesia. Refleksi dengan mengarahkan pandangan ke depan.

“Mari berjuang untuk menentukan nasib sendiri. Kita Pasti Menang dalam pertarungan ini. Sebab Tuhan dan Leluhur Papua bersama kita,”ungkapnya.

Ambros Mulait, mantan tahanan politik Papua mengatakan kontrak politik rayat Papua dengan pemerintah Indonesia sudah gagal.

“Otonomi khusus itu gagal memenuhi hak politik, ekonomi, pendidikan dan kesehatan,”ungkapnya.

Kata dia, kontra itu mau diperbaharui atau tidak itu, tergabung kepada rakyat papua. “Biarkan rakyat Papua bicara. Kalau saya pribadi, berikan rakyat Papua menentukan nasib sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, MRP menyatakan menolak program Kemenag tersebut. Alasan MRP menolak program tersebut adalah karena TNI ditugaskan untuk mengurus agama. Menurut MRP, tugas TNI bukan mengurus agam, melainkan menjaga keutuhan negara dari sisi militer.

REDAKSI

Artikel sebelumnyaKetua LMA Malamoi: Otsus Lanjut atau Tidak, Dengar Suara Orang Papua
Artikel berikutnyaPemimpin Ilusi Menjadikan Manusia Sejati