Pemkab Intan Jaya: Penduduk Dua Desa di Distrik Sugapa Sudah Kosong

0
1717

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pemerintah Kabupaten Intan Jaya melaporkan bahwa penduduk di dua desa sudah kosong. Dua desan tersebut adalah desa Mamba dan desa Sambili, distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.

Pernyataan ini diungkapkan Sekertaris Daerah (Sekda) Kab. Intan Jaya, Asir Mirip dari Sugapa saat dihubungi suarapapua.com, Selasa (9/11/2021).

Asir menjelaskan, sejak terjadi kontak tembak di sekitar kampung Mamba pada 26 Oktober lalu hingga Minggu 7 November 2021 telah menyebabkan warga yang tinggal di dua desa tersebut telah mengungsi ke sejumlah kampung terdekat.

“Sejak tanggal 27 Oktober setelah ada penembakan salah satu anggota TNI di Mamba itu masyarakat sudah mengungsi ke Jalai, Kusage, Eknemba dan beberapa kampung lainnya.”

“Saya tinggak di Mamba. Kemarin saya lihat sendiri. Mamba itu tidak ada orang dan kota mati betul. Batas dari SMA sampai di Mamba itu kota mati. Kalau batas dari SMA sampai di bandara itu ada aktifitas masyarakat. Kemarin (hari minggu) saya ke Mamba jam 1 siang. Tetapi karena tidak orang, lalu takut jadi saya pulang jam 3 sore,” ungkap Asir.

ads
Baca Juga:  Polri akan Rekrut 10 Ribu Orang untuk Ditugaskan di Tanah Papua

Sementara itu, seorang Intelektual dari Kampung Mamba saat dikonfirmasi suarapapua.com membenarkan bahwa penduduk dari dua desa, Mamba dan Sambili telah mengungsi kemana-mana sejak 27 Oktober sampai saat ini.

“Tidak ada satu pun penduduk di kampung Mamba dan Sambili. Hari ini saya ke Mamba untuk cek-cek tetapi memang tidak ada orang. Dua kampung ini masyarakat sudah kosong. Saya sekarang ini juga takut jadi ada mau mengungsi lagi keluar dari Mamba,” jelasnya.

Dia juga memngungkapkan, pada hari ini seorang ibu telah ditembak.

Baca Juga:  Koalisi: Selidiki Penyiksaan Terhadap OAP dan Seret Pelakunya ke Pengadilan

“Ibu itu dia pergi beli bama di Yokatapa. Saat pulang dan sampai di dekat kampung Amaesiga baru ditembak. Akhirnya ada beberapa pemuda sudah gotong ibu itu ke kampungnya di aito (kampung di sebelah kali dogabu),” ungkapnya.

Asir Mirip juga menambahkan, sejak terjadi kontak senjata antara TPNPB dan TNI/Polri pada 5 November lalu, setelah Oce Belau (25) gugur di medan tempur dan Apolo Belau (29) seorang warga sipil yang ada di pengungsi ditembak aparat, sebagian warga juga mengungsi dan keluar dari pengungsian di gereja Katolik Bilogai.

“Setelah ade Oce ditembak itu masyarakat sebagian yang ada di Bilogai juga mereka lari dari pengungsian ke beberapa kampung lain. Tidak semua. Sebagian ada. Pengungsi paling banyak itu ada di Waboagapa, Bilogai, Gereja Tigamajigi, Polsek dan Koramil,” terangnya.

Baca Juga:  Soal Satu WNA di Enarotali, Begini Kata Pakum Satgas dan Kapolres Paniai

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga telah melakukan komunikasi dengan pihak aparat keamanan untuk memberikan akses kepada masyarakat dari kampung lain yang terjebak saat kontak senjata dimulai pada 26 Oktober lalu. Kemudian memilih bergabung dan tinggal di pengungsian.

“Sebelum penembakan itu terjadi pemerintah sudah berupaya untuk masyarakat dari beberapa kampung di Intan Jaya yang terjebak ikut mengungsi ke gereja. Jadi masyarakat dari Homeyo, Midau, Emondi, dari muara.

Untuk diketahui, sesuai dengan Data Pemilihan Tetap (DPT) Pemilu tahun 2019 lalu adalah pendudukan kampung Sambili berjumlah 413 orang dan penduduk kampung Mamba berjumlah 2387. warga yang dipastikan sudah mengungsi adalah 2800 orang.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnya5-7 November: TPNPB Tembak Dua Anggota TNI dan Dua Anggota Polisi
Artikel berikutnyaBreaking News: Seorang Mama Ditembak di Kampung Mamba, Intan Jaya