Anak Mendiang Filep Karma Perjelas Kronologi, Aktivis Papua Desak Investigasi

0
1110
Andrefina Javiera Karma menjelaskan kronologis singkat sejak mendapat informasi kejadian hingga jenazah ayahnya Filep Karma dibawa ke rumah sakit Bhayangkara dan diantar ke rumah duka, Selasa (1/11/2022). (Charles Maniani - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Andrefina Javiera Karma, anak kedua mendiang Filep Jacob Semuel Karma, tokoh pejuang kemerdekaan Papua yang ditemukan sudah tidak bernyawa dengan mengenakan pakaian selam di tepi pantai Base G, distrik Jayapura Utara, kota Jayapura, Papua, Selasa (1/11/2022) pagi, menjelaskan lebih lanjut terkait kronologi kematian ayahnya.

Meski sebelumnya dari depan Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura sudah bicara di hadapan ratusan simpatisan, setiba di rumah duka yang terletak di Jalan Macan Tutul Dok V Atas, di hadapan keluarga dan masyarakat Papua, Andrefina Javiera Karma yang sering disapa Fina menjelaskan kronologi singkat.

Kata Fina, komunikasi terakhir dia dengan ayahnya sempat berbicara melalui telepon seluler pada Kamis (27/10/2022).

“Waktu terakhir komunikasi hari Sabtu, saat itu ayah masih ceriah, suka cita, masih tersenyum, kami saling bertanya kabar dan sebagainya,” kata Fina, Rabu (2/11/2022) di rumah duka sebelum antar jenazah almarhum menuju ke tempat pemakaman di Waena.

Informasi terakhir yang didapat Fina pada hari Selasa (1/11/2022) pagi Pukul 08.00 WIT setelah dihubungi pamannya yang meminta untuk segera ke Pantai Base-G.

ads

“Saya ditelepon om saya untuk segera ke pantai Base G. Om bilang ke Base G sekarang juga. Saya ke sana, naik ojek, di situ tanta Magrit datang menangis, sudah bersedih, saya sendiri melihat ayah Filep Karma terbaring di pasir,” jelas Andrefina sembari berlinang air mata saat menceritakan kisah sedih yang disaksikannya langsung.

Andrefina mengaku saat di sana melihat orang di sekitar hanya warga setempat dan polisi juga mobil ambulance. Kemudian dia mengikuti jalan sesuai petunjuk petugas menuju RS Bhayangkara.

“Saya jujur ​​saat itu saya blank, saat itu saya sangat sedih, saya lemah dan tidak berdaya. Tidak ada keluarga di samping saya saat itu, bapak dalam kondisi ditutupi kantong jenazah. Saya hanya mengikuti arus. Saya tidak menyadari ada rumah sakit dok dua yang dekat,” katanya menceritakan.

Baca Juga:  Yakobus Dumupa Nyatakan Siap Maju di Pemilihan Gubernur Papua Tengah
Andrefina Karma, anak kedua dari alm. Filep Karma saat memberikan penjelasan tentang penyebab dan kronologi kematian ayahnya di rumah sakit Bhayangkara, Kota Jayapura, 1 November 2022. (Ambo – SP)

Sebagai saksi di RS Bhayangkara, ayahnya menurut Fina, tidak ada bukti kekerasan fisik setelah visum luar. Tetapi meninggal karena tenggelam.

“Saya tidak meninggalkan ayah saya. Saya menemani ayah saya dari pantai ke rumah sakit dan tiba di rumah.”

Fina bersama saudaranya menyatakan tidak ingin ayah mereka menjalani pemeriksaan lebih mendalam. Hanya visum luar karena tubuhnya sudah bengkak.

“Saya tidak ingin ayah saya dibedah. Saya tidak ingin tubuhnya dirobek-robek dan kemudian fotonya menyebar. Saya ingin ayah saya dalam kondisi ini yang masih ganteng. Dia senyum ramah untuk orang Papua. Kami hanya ingin ayah kami dimakamkan dengan baik. Kemudian keluarga akan serahkan kepada rakyat Papua untuk penyelidikan independen,” tutur Fina.

Ditegaskan, Fina bukanlah saksi terakhir yang melihat ayahnya pergi menyelam. Bahkan tidak tahu kapan terakhir kali ayahnya menyelam di Base G atau di mana.

Penjelasan kronologi itu sekaligus menanggapi keluhan berbagai pihak kepada keluarga duka untuk menjelaskan secara jujur terkait kasus mengejutkan yang menimpa almarhum Filep Karma.

Desakan bahkan disampaikan dari rumah duka agar ada kejelasan terkait awal mula kejadian hingga ditemukan jenazahnya di pantai Base G.

Rakyat Papua saat mengantar jenazah almarhum Filep Karma dari RS Bhayangkara ke rumah duka. Dalam foto ini terlihat polisi sedang menghadang rakyat Papua di lampu merah Dok V karena rakyat Papua membawa bendera Bintang Kejora. (Ambo – Suara Papua)

Pihak keluarga meski telah menyatakan kematian Filep Karma akibat murni kecelakaan saat menyelam, para simpatisan dan kelompok pejuang kemerdekaan Papua tidak menerimanya begitu saja.

Aktivis Papua bahkan belum bisa menerima kenyataan kalau Filep Karma meninggal karena tenggelam saat menyelam di laut.

Baca Juga:  Ini Respons Komnas HAM Terkait Video Penyiksaan di Puncak Papua

Mereka bahkan mendesak kasus ini harus diusut karena masih ada kejanggalan soal kronologi kejadian.

Pengusutan diminta dilakukan oleh tim independen untuk mengakhiri misterinya kematian mantan tahanan politik (Tapol) Papua itu.

Dewan Adat Papua (DAP) versi Kongres Luar Biasa menyikapi itu dengan akan melakukan investigasi secara independen.

Dalam proses investigas, DAP bakal melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi lain yang diharapkan turut membantu mengungkap kasus tersebut.

Dominggus Surabut, ketua DAP, menyatakan, pihaknya bersama organisasi lain siap membentuk tim investigasi untuk menguak kasus kematian Filep Karma.

DAP menurut Dominggus Surabut, bersama-sama sejumlah organisasi perjuangan Papua, tim pengacara beserta pihak keluarga akan dilibatkan dalam tim investigasi independen.

“Kematian tokoh bangsa Papua Filep Karma harus diungkap dengan sejujur-jujurnya. Kami menerima kematiannya, tetapi kami juga akan investigasi supaya semua ketahui penyebab bapak Filep Karma meninggal dunia itu. Masih ada kejanggalan, dan itu harus diungkap,” ujar Dominggus.

Jikapun pihak keluarga melalui anak perempuan sudah bicara bahwa kematian Filep Karma murni kecelakaan, tetapi Surabut juga menyebut kasusnya masih teka-teki sejak pertama almarhum keluar dari rumah hingga jenazah ditemukan tergeletak di tepi pantai Base G.

“Perlu ada tim independen untuk bisa mengungkapnya. Pasti kita akan lacak dari sejak bapak pergi ke pantai, itu harus karena sampai sekarang masih misterius,” kata Surabut.

Dari rumah duka, Kobabe Wanimbo, aktivis yang juga pengurus pusat Komite Nasional Papua Barat (KNPB), minta perjelas kronologi dan penyebab meninggalnya Filep Karma.

Kasus yang menimpa tokoh politik Papua Merdeka itu menurut Wanimbo masih misteri.

Wanimbo bahkan tidak terima dengan pernyataan murni musibah. Sementara, kronologi dan penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

Baca Juga:  PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap Mengikuti UKW

“Kami rakyat Papua meminta agar kronologi dan penyebab harus diperjelas dan disampaikan kepada rakyat Papua. Filep Karma bukan hanya milik keluarga. Filep Karma bukan hanya milik suku Biak. Filep Karma milik rakyat Papua. Maka itu kami meminta agar hadirkan orang-orang yang ketahui kronologi dan jelaskan kepada rakyat Papua,” desaknya ketika itu.

Kobabe juga tegaskan, keluarga tidak ambil kesimpulan sepihak. Karena Filep Karma milik rakyat Papua dari Sorong-Samarai.

“Rakyat Papua perlu mendapat keterangan kronologinya. Kami minta keluarga tidak ambil kesimpulan cepat terkait kematian bapak Filep Karma,” tegasnya.

Tuntutan sama datang dari berbagai pihak, termasuk Jefry Wenda, aktivis Petisi Rakyat Papua (PRP).

“Tolong, kronologinya harus jelas. Bapak ini tokoh politik Papua, beliau milik seluruh rakyat Papua, tidak hanya milik keluarga dan suku saja. Kami kaget dengan kejadian ini, tolong perjelas. Jangan langsung ambil kesimpulan dengan bilang murni musibah kecelakaan laut. Itu kami tidak terima,” ujar Jefry.

Markus Haluk menyampaikan sambutan di pemakaman almarhum Filep Karma di Waena, 2 November 2022. (Arnold Belau – SP)

Konvoi Hingga TPU

Disemayamkan semalam di rumah duka, jenazah Filep Karma akhirnya dimakamkan di TPU Waena, distrik Heram, kota Jayapura, Rabu malam.

Prosesinya diawali dengan arak-arakan dari massa simpatisan setelah pihak keluarga serahkan jenazah ke kelompok pejuang Papua Merdeka usai ibadah pelepasan. Iring-iringan kendaraan dari rumah duka sejak Pukul 14.30 WIT hingga tiba di lokasi pemakaman sekira Pukul 20.00 WIT.

Usai jenazah Filep Karma dimakamkan sekira Pukul 22.00 WIT, semua orang membubarkan diri dengan tenang. Prosesi pemakaman dikawal aparat kepolisian hingga selesai.

Pewarta: Charles Maniani
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaAktivis di Sorong Meminta Kematian Filep Karma Diinvestigasi
Artikel berikutnyaDewan Pers Akui Tahun Ini Peserta UKW Melebihi Target