Kapolres Jayawijaya: Kami Operasikan Satu Helikopter Milik Polisi di Nduga

0
7750

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— AKBP Yan Pieter Reba, Kapolres Jayawijaya mengatakan pihaknya telah mengoperasikan satu unit helikopter milik Polisi dalam melakukan pengejaran terhadap kelompok yang diduga anggota KKB (atau TPN PB). Helikopter tersebut diperbantukan oleh Mabes Polri untuk Polda Papua dan selama ini diparkir di Timika, Papua.

Reba menjelaskan, kita di kepolisian punya Helikopter satu di Polda Papua dengan muatan penumpang sekitar lima orang saja.

“Helikopter itu diperbantukan oleh mabes Polri untuk Polda papua dan kami standbykan di Timika. Heli itu yang dipake kemarin. Dan hari ini (Kamis) heli sudah ditarik ke Timika untuk layani Polres-polres yang lain. Jadi informasi yang beredar bahwa ada dua heli dan empat heli itu tidak benar,” ungkapnya kepada suarapapua.com pada 12 Juni 2018 saat mengklarifikasi informasi yang bertebaran di dunia maya yang menyebutkan ada empat heli dan ada juga yang menyebutkan ada dua heli digunakan untuk melakukan operasi di Alguru, Nduga, Papua.

Saat ditanya tentang Helikopter yang terbang malam hari, Reba menegaskan, tidak benar bahwa ada helikopter yang terbang malam sekitar jam 7 malam di Nduga. Semua pengendali operasi ada di Kapolda dan Karoops polda Papua langsung.

“Saya sebagai kapolres Jayawijaya yang membawahi wilayah kabupaten Nduga selalu mendapat laporan akhir. Terakhir Heli terbang pada jam 16.30. Habis itu Heli mulai masuk karena cuaca di atas buruk sehingga heli sudah masuk dan stay di Polsek. Jadi tidak ada Heli yang terbang malam hari,” jelasnya.

ads
Baca Juga:  Pleno Kabupaten Yahukimo Dibatalkan KPU Provinsi Karena Masih Bermasalah

Dijelaskan, pengoperasian Helikopter milik Polisi di Polda Papua itu bukan untuk menyerang kampung Alguru, tetapi untuk membantu angkut bahan makanan, obat-obatan dan pasukan yang luka-luka.

“Iya, betul sekali. Jadi kami melakukan pergeseran bahan makanan, obat-obatan dan lain-lain (dengan heli). Kalo mereka misalnya ada gangguan-gangguan yang ingin menembak jatuh Helikopter kita, saya tidak tahu ya. Itu pasti ada (penembakan), karena sudah terbukti dua pesawat yang ditembak. Satu pesawat trigana air dan satunya lagi pesawat dimonim air ditembak oleh TPN pada akhir Juni,” ujarnya.

Ia menegaskan lagi, bahwa Helikopter yang dioperasikan hanya satu milik Polda Papua. Selain itu, kata dia, tidak ada Heli yang terbang malam hari.

“Saya sampaikan bahwa Helikopter kita hanya satu. Dan kemarin (Rabu) dia terbang sampe jam 16.30, lalu parkir di Polsek untuk persiapan pagi ini terbang ke Timika. Cuman, nanti kalau dalam perjalanan, misalnya, kita juga antisipasi jangan sampai kita ditembak oleh kelompok mereka. Sehingga personil yang mengawal helikopter itu pun mereka siap-siap dan siagakan diri,” jelas Reba.

Baca Juga:

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

Kata Reba, jika dalam perjalanan melakukan tugas, jika Heli ditembak, tidak menutupi kemungkinan untuk melakukan pembersihan jalur (dengan tembakan).

“Ya kalo mereka ditembak pasti mereka lakukan pembersihan jalur melalui udara sehingga Helikopter ini melakukan tugas kepolisian dengan lancar.

Lebih lanjut ia menjelaskan, memang saat Pilkada kemarin, polisi gunakan satu heli sipil untuk membantu mobilisasi materil logistik pilkada. Pada saat kunjungan kapolda, pangdam dan gubernur ke sana memang menggunakan heli TNI. Kemudian setelah itu, heli kan milik orang lain jadi tidak bisa pinjam dan sebagainya.

“Penembakan terhadap empat warga sipil terjadi dan pelakunya sedang kita  cari untuk tangkap dan proses sesuai dengan hukum dan UU yang berlaku karena itu tindakan yang tidak berkemanusiaan,” katanya.

Reba mengatakan, kehadiran TNI/Polri di atas itu untuk memelihara kambtimas. Hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana ya pasti polisi bertugas untuk mencari dan memproses sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga warga sipil terlindungi dengan UU.

“Kalau ada pemberitahuan dan pemberitaan lewat media lain tolong diklrarifikasi supaya tidak saling menyudutkan. Karena tugas kepolisian itu menangkap para pelaku yang tembak warga sipil pada akhir Juni lalu,” harap Kapolres Jayawijaya ini.

Terkait dengan operasi, ia menjelaskan, jelas bahwa kalau oknum maupun kelompok yang mau mencoba-coba ganggu keamanan dan ketertiban di wilayah kabupaten Nduga pasti TNI/Polri harus melakukan satu tindakan sehingga masyarakat kita, masyarakat lokal yang ada di kabupaten Nduga merasa tenang dan bisa beraktifitas.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Kedua, karena sementara ini pesawat tidak bisa masuk di Kenyam sehingga operasional kita menggunakan Helikopter kepolisian untuk mobilisasi bahan makanan, evakuasi korban-korban yang terluka dan sebagainya.

“Jadi bukan operasi militer atau operasi kepolisian tidak. Helikopter kami kirim ke sana untuk membantu mobilisasi bahan makanan, obat-obatan, personil, evakuasi korban-korban yang terkena luka dan sebagainya,” terangnya.

Namun, kalau Helikopter sementara mereka jalan (terbang) lalu mereka ditembak seperti dua pesawat kemarin (Trigana dan Dimonim) pasti ditindak.

“Kami melakukan tindakan tegas. Dengan hal-hal itulah yang perlu kita harus luruskan pemikiran sehingga  katakan bahwa polisi melakukan operasi bertempur dan sebagainya. Polisi tidak bisa melakukan operasi tempur sebab itu bukan di ranah kita tetapi polisi melakukan operasi penegakan hukum. Yang bisa lakukan operasi tempur itu TNI,” jelas Reba.

Jadi, menurut Reba pandangan terhadap mobilisasi helikopter polisi yang ada di Timika ke Nduga itu untuk mengangkat personil kita yang terluka akibat kelompok-kelompok yang melakukan itu, kemudian angkut bahan makanan dan obat-obatan.

“Jadi  bukan melakukan operasi ya. Sehingga mari kita sama-sama menyamakan persepsi dengan tidak saling menyalahkan satu sama yang lain,” tegasnya lagi.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaDivestasi Saham PTFI: Indonesia 51,2 Persen, Suara Rakyat Papua Dikubur
Artikel berikutnyaDinas Kesehatan Nduga Butuh Helikopter untuk Imunisasi Rubella dan Campak