10 Orang Dihilangkan Paksa antara 2020 – 2021 di Tanah Papua

0
1142
Ilustrasi orang hilang
adv
loading...

Suara Papua mencatat dalam kurung waktu tahun 2020-2021, Suara Papua mencacat dan menemukan setidaknya 10 kasus orang hilang di wilayah Konflik bersenjata antara TNI-Pori dengan TPNB-OPM.

Dari 10 orang hilang tersebut, 2 orang di Intan Jaya dan dua orang di Pengunungan Bintang tidak bisa dapat dipastikan statusnya karena tidak dapat dipastikan apakah sudah mati atau masih hidup.

Dua orang di Intan Jaya dan Satu orang di Nduga dapat ketahui bahwa mereka diculik dan dihilangkan secara paksa dan jasadnya belum ditemukan. Tapi ada pengakuan  pelaku bahwa, mereka telah dibunuh dan proses hukumnya tidak dapat berjalan. Sedangkan, dua orang di Nduga dan satu orang di Maybrat diculik, namun kondisinya tidak diketahui, apakah masih hidup atau telah dibunuh.

Banyak kasus penghilangan orang di Papua, tetapi tidak terselesaikan bertahun-tahun. Proses hukumnya sangat rumit dan diabaikan. Situasi ketidak pastian dan tidak tahu tempat pemakaman orang-orang yang hilang, sangat menyakitkan dan meningalkan efek yang panjang kepada Keluarga dan kerabatnya.

Berikut beberapa orang hilang yang dihimpun Suara Papua dalam kurung waktu dua tahun terakit:

ads

1. Apianus Zanambani dan Luter Zanambani –  Diculik dan Dibunuh di Intan Jaya

Pada 21 April 2020, dua pemuda asal kampung Zanamba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya diculik oleh anggota TNI dari kesatuan Yonif PR 433/JS Kostrad. Apianus Zanambani (22) dan Luter Zanambani (23) diculik  pada saat sweeping warga di pangkalan ojek, dekat SMA egari 1 Sugapa. Pada saat itu aparat TNI dari kesatuan Kostrad menangkap 3 orang di depan banyak orang. Dari sumber suara Papua di sugapa mengatakan, kedua pemuda tersebut ditangkap bersama seorang pemuda lain, namun satunya dilepas karena berstatus PNS di lingkungan Pemkab Intan Jaya.

Anggota TNI mengatakan pada saat penagkapan,  dua pemuda itu ditahan hanya untuk periksa Korona, karena mereka berdua baru tiba dari Nabire. Sumber lain menyebutkan, mereka ditahan setelah Anggota TNI  sita dan periksa Hand Phone milik mereka. Setelah ditahan sampai minggu ketiga, keluarga tidak perna diberi kabar tentang kedua korban, sehingga keluarga terus melakukan pencarian di semua sudut di Sugapa dan Hitadipa tapi, tidak ditemukan.

Pada 14 Mei 2020, keluarga didampingi ketua LMA Tobias Kobogau, datang ke Polsek Sugapa dan  membuat laporan orang hilang. Selama dua hari, keluarga dan masyarakat Zanamba datang ke Kantor Bupati dan minta kejelasan dari aparat TNI, apaka Apianus dan Luter masih hidup atau sudah tidak bernyawa. Keluarga dan masyarakat Zanamba juga mendesak Pemerintah  Intan Jaya dan Kepolisian bekerja sama untuk mengungkap keberadaan Apianus dan Luter tapi, tidak perna ditemukan.

Pada 23 Desember 2020, tujuh bulan setelah Apianus dan Luter ditangkap dan hilang, Komadan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat Jenderal Dodik Widjanarko umumkan bahwa, kedua pemuda itu telah dibunuh dan mayatnya dibakar untuk hilangkan jejak, abu tulang mayatnya dibuang ke sungai Dogabu dekat Jalai. Dodik Menjelaskan, Luter dan Apianus Zanambani ditangkap oleh Satuan Yonif PR43/JS Kostrad pada 21 April 2020, karena dicuriga sebagai anggota KKB. Kedua Korban ditahan dan diinterogasi di pos Koramil Sugapa, Kodim 1705/Paniai.

Baca Juga:  Aksi Hari Aneksasi di Manokwari Dihadang Aparat, Pernyataan Dibacakan di Jalan

Saat melakukan interogasi, terjadi tindakan berlebihan diluar kepatutan yang mengakibatkan Apianus meninggal dan Luther mengalami Kondisi kritis. Kedua Korban kemudian dipindahkan ke Komando Yonif PR 433/JS Kostrad menggunakan truk umum, warna kuning bernomor polisi B9745 PDD. Ditengah perjalanan, Luter Zanambani juga meninggal dan jenazah Apianus dan Luther Dibakar oleh anggota Kostrad.

Markas Besar TNI AD dan Komando daerah Militer XVII Cenderawasih, telah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap 19 orang Anggota TNI AD. Lim personel Kodim 1705/Paniai, 13 personel Yonif PR 433/JS Kostrad dan 1 personel Den Inteldalm XVII Cenderawasih. Sedangkan,  dua orang Keluarga Korba telah diminta keterangan. Dari hasil pemeriksaan dan penyidikan, menetapkan 9 terangka dari Jonif Kostrad. Tuju diantaranya sudah diperiksa namun satu masih dalam proses dan satunya masi belum.

Puspomad memberikan waktu hingga Februari 2021 kepada Panglima Komando Gabungan Pertahanan III, selaku penaggungjawab operasi Wilayah Papua untuk mengirimkam 21 perajuritnya diperiksa lebih lanjut dan berjanji untuk akan tindak lanjuti sesuai ketentuan hukum, diproses secara transparan, tuntas dan tidak akan ditutup-tutupi.
Hingga saat ini, suda 11 bulan (Februari-Desember 2020) dan sudah  masuk tahun 2022 namun belum ada kejelasan.

2. Yudas Tipagau – Hilang Tanpa Diketahui

Pada Oktober 2020, seorang warga bernama Yudas Tipagau, asal Kampung Yoparu, Distruk Sugapa Kabupaten Intan Jaya, dinyatakan hilah oleh keluarga setelah keluarga berupaya melakukan pencarian terhadap korban. Selain di wilayah Intan Jaya, Keluarga  juga cari di kota lain seperti Nabire, Timika, Paniai dan kabupaten lainya untuk memastikan keberadaan Yudas, Namun Upaya pencarian itu  tidak ditemukan.

Data 10 yang dihilangkan secara paksa pada 2020 – 2021 di Tanah Papua. (Arnold Belau – SP)

3. Sem Kobogau – Hilang Tanpa Diketahui

Pada Oktober 2021, Soerang Warga bernama Sem Kobogau Asal Distrik Ugimba, Intan Jaya dinyatakan hilang oleh keluarga selah berupaya melakukan pencarian  Sem  Kobogaw, namun tidak ditemukan. keluarga tidak tahu, keberadaan Sem Kobogau hingga saat ini.

4. Tapania Gwijangge diculuk dan dibunuh, Anle Gwijangge Diculik tetapi tidak diketahui

Pada Rabu, 28 September 2020, dua orang warga sipil bernama Tapania Gwijangge (44) dan Anle Gwijangge (28), asal Kampung Gurukwarak, Distrik Mbulmu-Yalma diculik dan dihilangkan secara paksa oleh Pasukan TNI yang bertugas di Pos Mbua-Dal Kabupaten Nduga.

Pada 10 Oktober 2020, Tim investigasi yang dibentuk, terdiri dari para Pendeta, aparat pemerintah kampung, keluarga dan masyarakat setempat melapor ke pos Batalyon 756 Wim Anesili di Mbua pada pagi pukul 08.00 WIT dan melakukan pertemuan singkat dengan Danrem 172. Setelah melapor, Tim menuju ke kampung Gurukwarak, Distrik Mbulmu-Yalma dan tiba sekitar pukul 09.30 untuk mencari bukti-bukti dan bertemu dengan saksi mata.

Baca Juga:  Wawancara Eksklusif Daily Post: Indonesia Tidak Pernah Menjajah Papua Barat!

Beberapa saksi mata saat itu melihat, anggota TNI memintah ubi kepada salah seorang mama di kebun samping rumah, kemudian mereka bakar di halaman rumah Anle Gwijangge. Pada saat itu, Anle dan Tapania sedang berada di rumah kampung Kuruwarak, anggota TNI menangkap berdua korban dan dibawa bersama mereka. Sejak kedua korban ditangkap, masyarakat dan keluarga tidak mengetahui keberadaan dan kondisi mereka.

Tim menemukan sisa-sisa tulang di bekas rumah yang telah dibakar hanggus. Di tempat perkemahan anggota TNI,  tim juga temukan beberapa barang bukti berupa sarung tangan putih satu pasang, jarum suntik ukuran 1,50 cm, 1 buah, tempat plastik, kaleng takanan TNI, tali Infuse dan Kasa Steril 6 Plastik.

Dari temuan berupa informasih dan barang bukti, tim investigasi menduga kuat bahwa, Anle Gwijangge dan Tepania Gwijangge dihilangkan secara paksa oleh anggota TNI. Dugaan itu semakin kuat setelah keluarga melihat dalam laporan Resmi Pasukan TNI pada 28 September 2020, yang disertai dengan foto-foto Tepania Gwijangge. Laporan itu menyebutkan bahwa Tepania telah ditembak dan meninggal.

Berdasarkan pistol dan HT dan beberapa barang bukti lainya dalam laporan tersebut bahwa Tepania Gwijangge sudah ditembak mati karena dijastifikasi sebagai anggota KKB/TPN-OPM.

Sedangkan, Anle Gwijangge yang saat itu yang ditangkap bersama Tepania, namun tidak disebutkan dan tidak ada fotonya. Sampai saat ini, keluarga tidak tahu, masih hidup atau sudah dibunuh.

5. Yermias Nagen –  Diculik dan dibunuh

Pada 29 Maret 2021, Seorang Petani bernama Yeremias Nagen diculik oleh Anggota TNI saat sedang kerja kebun di Anjelo atau pelabuhan lama, Keneyam, Kabupaten Nduga.  Jam 08.00 pagi, Yeremias Nagen bersama Istri dan anak Anak berangkat ke kebun di Andelejo. Pada saat Istri bersama anak sedang petik sayur di kebun lama, Yeremias sedang babat rumput di kebun baru. Beberapa anggota tentara datang culik Yeremias, lalu digiring masuk ke arah hutan sebelah bekas kali Kenyam.

Istri Yeremias lihat, dua orang berseragam Loren dengan senjata datang lalu tangkap Yeremias. Setelah melihat suaminya bawa oleh Tentara, ia kejar mereka sambil memanggil suaminya agar anggota TNI lepaskan Yeremias. Namun tidak ada suara yang jawab. Karena takut, kembali ke kebun untuk pulang kerumah kasitahu kepada keluarga.

Pada 30 Maret, berdasarkan kesaksian istrinya, keluarga, warga bersama aparat keamanana TNI dan Polri melakukan pencarian disekitar lokasi penculikan Yeremias, mereka menemukan bekas darah cukup banyak. Temuan ini dapat menduga bahwa Yeremias telah dibunuh.

Pada 31 Maret, Pada saat masyarakat setempat menduduki Kota Kenyam, Toko masyarakat Nduga Ruben Kalolik menegaskan kepada Koramil dan kepolisian setempat agar aparat segera mencari keberadaan mayat Yeremias karena diduga kuat, dibunuh oleh aggota TNI. Namun Kapolsek Nduga mengatakan, Aparat TNI, Kepolisi, dan masyarakat sudah melakukan pencarian korban, namum belum ada titik terang, sehingga pihak aparat kepolisian dan TNI masih membutuhkan keterangan dari dua masyarakat lain, supaya laporan dan keterangan bisa singkron.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

Pada 1 April, Masyarakat Nduga dan keluarga Yeremias menduduki di Kota Kenyam untuk memintah pengakuan dan mayat dikembalikan kepada keluarga, namun belum ada pengakuan dari Satuan TNI belum ada pengakuan bahwa mereka telah Membunuh Yeremias dan juga tidak memberitahukan keberadaan Jenazah. Pada hari itu juga, Dandim dari Yahukimo bersama Pimpinan kepolisian bertemu masyarakat Kenyam, namum belum ada titik terang, hingga sekarang keluarga tidak tahu Yermias Nagen ada dimana.

6. Jekson Sitokmabin dan Asven Kasipmabin – Hilang Tanpa Diketahui

Pada 18 Mei 2021, Dua Pemuda Asal Pengunungan Bintang dinyatakan Hilang. Kedua korban bernama, Jeksom Sitokmabin (20), Warga kampung wanbakon, Distrik Serambakakon dan Asven Kasipmabin (17) dari kampung Seramkatop, Distrik Serambakop.

Jeksom dan Aspen, sehari-hari bekerja sebagai membantu di Pos TNI di Distrik Serambako. Kedua Korban dikabarkan hilang sepanjang jalan antara Oksibil-Serambako pada malam sekitar jam 20.00 sampai 21.00 WIT. Setelah dinyatakan hilang hingga saat ini, keluarga korban tidak tahu keberadaan kedua orang itu.

7. Manfred Tamunete – Ditembak dan Tanpa diketahui

Pada 25 Oktober 2021, Seorang warga sipil bernama Manfred Tamunete asal Kampung Fuok, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat dikabarkan hilang. Keterangan keluarga, Yulianus Tamunete bahwa keponakannya (Manfred), pada bulan lalu telah hilang, saat pihak militer Indonesia melakukan penyisiran di kampung Fuok.

Yulianus menjelaskan, Manfred saat itu sedang tidur di dalam rumah, sedangkan pemuda yang lain diluar rumah, sehingga mereka mudah untuk selamatkan diri. Sementara, Mafred mencoba melarikan diri, tetapi ia tertembak di bagian paha sehingga tidak bisa melarikan diri penyisiran diri aparat.

Sampai saat ini, Keluarga tidak tahu di mana keberadaan Manfred. Keluarga meminta pihak aparat keamanan untuk ungkapkan keberadaan Manfred. Keluarga hanya meminta kepastian, jika sudah mati berarti mati dimana, dan kalau masi hidup, ada di dimana.

Berbagai kasus pembunuhan dan penghilangan paksa yang dilakukan aparat antara 2020 – 2021 ini menambah daftar kejahatan yang dilakukan negara secara tersistematis terhadap orang Papua. Negara Indonesia juga tidak pernah menunjukkan keseriusan dalam mengungkap pelaku dan mengadili pelaku. Sehingga orang Papua sejak dipaksakan bergabung dengan Indonesia pada 1969 lewat Pepera hingga tahun 2022 ini tidak pernah memberikan keadilan bagi keluarga korban. (*)

Artikel sebelumnyaPerusahaan Sawit Abai, Suku Yerisiam Gua Merasa Tersisih
Artikel berikutnyaAkademisi Unipa: Pemekaran Provinsi akan Jadi Peluang Transmigrasi Non Papua dalam Skala Besar ke Tanah Papua